Gubernur Sumbar Mahyeldi Ansharullah menyebut, Perang Kamang pada 113 tahun yang silam merupakan peristiwa heroik dan patriotik yang telah dicatat dengan tinta emas dalam lembaran sejarah Republik Indonesia.
Mahyeldi mengungkapkan, Perang Kamang sesungguhnya merupakan perlawanan rakyat Sumbar sebagai bentuk penentangan terhadap penerapan pajak (belasting) oleh pemerintah kolonial Belanda. Gerakan ini diawali dengan protes petani terhadap pemerintah Hindia-Belanda atas pajak tanah termasuk pajak atas hewan ternak yang dibebankan kepada rakyat.
“Puncak penolakan masyarakat Sumatra Barat atas penerapan pajak tersebut, pada tanggal 15 Juni 1908, tokoh masyarakat Kamang beserta dengan seluruh lapisan masyarakat melakukan perlawanan bersenjata. Pada peristiwa tersebut gugur ratusan pejuang rakyat sebagai patriot bangsa yang akan kita kenang sepanjang masa, ” ujar Mahyeldi dalam sambutan peringatan ke-113 Perang Kamang secara virtual.
Mahyeldi menyebut Perang Kamang sejatinya adalah suatu perjuangan yang tumbuh dan dijiwai oleh semangat dan cita-cita yang bertujuan untuk mencapai kemerdekaan Republik Indonesia.
“Kita jangan sampai lupa bahwa Negara ini berdiri di atas darah dan jiwa para syuhada, para pejuang dan pahlawan, di antaranya pejuang Perang Kamang yang gugur sebagai patriot bangsa. Rentang waktu membuat kita semakin jauh dari peristiwa Perang Kamang, masa telah berganti. Kini kita hidup dalam alam kemerdekaan sebagai buah dari pengorbanan para pejuang kita dulu, ” ungkap Mahyeldi.
Mantan Wali Kota Padang ini mengajak semua kalangan memperingati Perang Kamang setiap tahun sebagai titik balik untuk mengukur sejauh mana memaknai nilai-nilai dan semangat pejuang dan dijadikan sebagai modal dan motivasi untuk menata kehidupan yang lebih baik.
Peristiwa Perang Kamang, kata Mahyeldi, adalah contoh yang dapat dijadikan sebagai rujukan untuk menjalin kebersamaan dan kesatuan segenap lapisan masyarakat terutama di Kamang Magek.
“Para pejuang Perang Kamang tidak pernah melihat apakah mereka berasal dari Kamang Hilir, Kamang Mudik atau Magek, bahkan pejuang yang berasal dari luar Kamang Magek. Mereka bersatu memperjuangkan satu cita-cita yakni harga diri sebagai bangsa.”
“Semangat kepahlawanan para pejuang Perang Kamang akan tetap kita kenang dan lestarikan serta kita wujudkan dalam bentuk melaksanakan tanggung jawab bersama untuk mendukung semua program pembangunan di segala sektor untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, ” jelasnya.