BUKITTINGGI--Pemerintah kota Bukittinggi mengikuti Pra Kongres Jaringan Kota Pusaka Indonesia (JKPI) yang dihadiri Walikota Bukittinggi dengan di wakil Walikota Bukittinggi H. Marfendi Datuak Basa Balimo, yang berlokasi di Balai kota Banda Aceh, Provinsi Aceh (30/3)
"Ada 33 kabupaten dan kota mengikuti pra rakornas jaringan pusaka
se-Indonesia, yang dihadiri 15 Bupati dan Walikota di Indonesia dengan tujuan mengadakan Konggres JKPI ke-V yang Insya Allah pada 25 Oktober 2021 mendatang di Bogor, "papar Marfendi kepada awak media di kantornya, Kamis (1/4/2021).
Marfendi menjelaskan pada Pra Konggres di Aceh itu diikuti perwakilan dari Sumatera Barat selain Bukittinggi ada kota Sawahlunto bertujuan untuk membahas poin poin pada konggres nanti, melihat sejauh mana kesiapan tuan rumah kota Bogor untuk menggelar rapat koordinasi atau konggres untuk mengadakan Seminar Internasional tentang "Heritage", (warisan pusaka).
Lanjut kata Marfendi salah satu point yang dibahas adalah tentang wacana perpindahan Ibukota Pemerintahan Indonesia ke Kalimantan Timur yang telah di inisiator Presiden Jokowi,
Perihal itu sebut Marfendi peserta seminar Internasional di Aceh juga akan mengusulkan ibu kota kebudayaan Indonesia, yaitu Aceh merupakan salah satu kota yang di nominasikan.
"Yang menarik adalah Seminar Internasional pada jadwal hari kedua dengan pemateri Arkeolognya dari Aceh, budayawan dari NTB, direktur UNESCO perwakilan Indonesia, Jepang dan Kirgistan, banyak hal yang bisa kita jadikan pusaka budaya (heritage), "katanya.
Sementara itu di Kirgizstan ada salah satu tempat keramat yang dipatenkan sebagai heritage ke UNESCO, "di Bukittinggi sendiri kalau tempat yang bisa di akui sebagai heritage sangat banyak, bukan seperti tempat keramat yang ada di Kirgistan.
"Lobang Jepang, Ngarai Sianok, Jam Gadang, bahkan budaya Minang dengan keaneka ragamannya bisa saja di usulkan ke UNESCO , "Kita punya tari piring yang sudah di patenkan oleh masyarakat Kurai Garegeh dari sanggar "Parak Batuang" ke Unesco dan jika kita bisa mempertahankan heritage itu adalah sesuatu yang luar biasa dari Bukittinggi, dengan membuat pola serta sejarah tertulisnya bisa diajukan ke Unesco, " tandas Marfendi.
Marfendi berharap setelah dilakukan lawatan seminar yang juga diikuti oleh Diknas dan Kabid Budaya kota Bukittinggi serta Kepala Dinas Perpustakaan dan Ke arsipan kota Bukittinggi itu agar diklarifikasikan apa saja yang bisa dijadikan heritage baik berupa fisik maupun non fisik, "kita juga menginginkan untuk tahun depan pra rakornas konggres bisa di gelar di kota Bukittinggi, " tutup Marfendi.(linda sy).