Padang-Tradisi arak bako dalam pesta pernikahan di Padang kecamatan Pauh v Sumatra Barat, hingga kini masih dipertahankan. Arak-arakan pengantin di jalan raya ini bisa melibatkan sampai seribu orang. Semakin banyak peserta arakan pertanda semakin tinggi status sosial pengantin.
Musik khas talempong bertalu-talu pertanda acara arak bako dimulai.
Arak-arakan dimulai dari rumah orang tua pengantin pria yang disebut bako. Sang pengantin pria atau marapulai diarak bertelanjang dada ke rumah pengantin wanita atau anak daro. Pihak bako menunjukkan kepada keluarga anak daro keadaan sebenarnya dari marapulai yang akan menjadi suaminya.
Dari rumah anak daro, kedua pengantin diarak lagi menuju rumah marapulai dengan pakaian lengkap. Arak-arakan semakin panjang dengan ikutnya sanak saudara anak daro. Mereka siap dengan tuduang atau bakul yang berisi berbagai macam hadiah makanan dan aneka bahan kebutuhan untuk keluarga marapulai.
Konon, masyarakat bisa menilai status sosial seseorang dari banyaknya atau panjang arak-arakan yang dibuat.
Biaya pelaksanaan arak bako ini biasanya ditanggung bersama oleh mamak-mamak keluarga bako. Sedangkan isi tuduang atau bawaan ditanggung sendiri oleh para peserta arak-arakan. Ini tak menjadi beban karena suatu saat mereka menerima hal yang sama.