Padang, - Jalur rempah sebagai warisan budaya bertujuan membangun ekosistem dari hulu hingga hilir. Sehingga perdagangan rempah menjadi wahana interaksi antar-berbagai suku dan etnik di Indonesia termasuk Sumatra Barat (Sumbar).
Demikian disampaikan Gubernur Sumbar Mahyeldi Ansharullah ketika membuka Festival dan Muhibah Jalur Rempah di Padang, Minggu (24/10/2021).
“Daerah kita memiliki peran penting dalam sejarah jalur rempah di Nusantara. Pada era keemasan rempah, Sumbar merupakan daerah penghasil rempah, seperti lada, kulit manis, cengkeh, gambir dan lainnya, ” kata Mahyeldi.
Dalam kesempatan itu, Mayeldi menyatakan mendukung lima anak muda Sumbar yang terpilih untuk bergabung dan berlayar dalam kegiatan Muhibah Budaya dan Festival Jalur Rempah 2021 bersama peserta lainnya dari seluruh Indonesia.
“Kita berharap para pemuda utusan kita memahami sejarah terutama tentang tokoh-tokoh pemersatu bangsa dari Ranah Minang, ” ujar Mahyeldi.
Rempah, lanjut Manyeldi, tidak hanya mengubah sejarah Indonesia, tetapi juga mengubah sejarah dunia. Rempah telah mendorong orang Eropa keluar dari benua mereka dan melakukan ekspansi politik, eksploitasi ekonomi, dan penetrasi budaya ke belahan beunia lain.
Rempah telah menghadirkan jalur lalu lintas laut bagi para pelaut dan saudagar dunia untuk mendapatkannya melalui dunia perdagangan.
“Jalur itu adalah jalur rempah, dan jalur rempah itu identik dengan Indonesia, ” ungkapnya.
Lebih jauh Mayeldi menjelaskan, seiring dengan digadang-gadangnya konsep jalur sutera baru (new silk route) oleh China, pemerintah Indonesia melalui Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek memperkenalkan konsep jalur rempah (spice route).
Berbeda dengan konsep jalur sutera baru yang telah diterima oleh komunitas internasional, konsep jalur rempah nampaknya masih dalam proses pengakuan masyarakat dunia.
“Dengan telah terpilih lima putra-putri terbaik dari Sumbar, bisa memberikan pemahaman sejarah untuk dijadikan sebagai pembakar semangat nasionalisme generasi muda lainnya, ” tuturnya.
Namun karena pandemi yang masih melanda Indonesia, maka pelayaran yang direncanakan pada tahun ini menggunakan Kapal Republik Indonesia (KRI) Dewaruci harus diundur pelaksanaannya.
Mahyeldi berharap pandemi ini segera berakhir dan semua rangkaian kegiatan terkait sosialisasi jalur rempah bisa laksanakan, agar dunia internasional dapat menerima konsep jalur rempah sebagai salah satu historis penting dunia.
“Makanya saya mendukung penuh kegiatan seminar ini, untuk memberikan sosialisasi dengan cukup intensif kepada generasi muda mengejar pengakuan internasional terhadap sejarah yang harum dalam pentas perjuangan bangsa, ” terangnya.
Indonesia Pemain Penting Dunia
Direktur Pengembangan Pemanfaatan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Kemendikbudristek Restu Gunawan menyampaikan, jalur rempah pernah mengharumkan Nusantara dan menjadi pemain penting serta pemasok utama dalam perdagangan dunia.
“Sumbar memiliki daerah yang kaya dengan rempah-rempah, sehingga menjadi komoditas utama yang mampu mempengaruhi kondisi politik, ekonomi, maupun sosial budaya dalam skala global, ” ucap Restu.
Ketersambungan budaya dalam lintas daerah di Indonesia, lanjut Restu, menjadi suatu esensi dari program Muhibah Budaya Jalur Rempat atas keberagaman pendukung budaya.
Keberagaman budaya ini dipersatukan melalui kehangatan rempah-rempah untuk mengembangkan dan memperkuat ketahanan budaya dan diplomasi budaya, memaksimalkan pemanfaatan cagar budaya dan warisan budaya takbenda.
“Saat ini Indonesia mengusulkan Jalur Rempah sebagai Jalur Budaya Warisan Dunia. Apalagi, UNESCO saat ini hanya mengakui Jalur Sutera dan Qhapaq Nan sebagai warisan dunia, ” ungkapnya.
Potensi Jalur Rempah ini, kata dia, dapat menumbuhkan kebanggaan berbagai daerah di Indonesia sekaligus memperkuat jejaring interaksi budaya antar-daerah.
Restu menjelaskan, Festival Jalur Rempah digelar sebagai penanda pelayaran untuk mengangkat kekayaan alam dan budaya masing-masing titik singgah yang dirajut dari elemen budaya berupa seni, kriya, kuliner, ramuan, wastra, dan kesejarahan. Di mana pada masing-masing pelabuhan akan ditampilkan rempah khas daerah dan cerita perjalanannya sebagai salah satu bahan perdagangan dunia yang dapat dinikmati oleh masyarakat luas.
Festival dan Muhibah Jalur Rempah tersebut bertema “Bumi Rempah Nusantara Untuk Dunia” dihadiri oleh Kepala Dinas Kebudayaan Sumbar Gemala Ranti, Kepala Balai Kelestarian Nilai Budaya, Unri, Kepala Balai Kelestarian Cagar Budaya Sumbar, Teguh Hidayat, Kepala BPNB Sumbar, Kepala BPCB Sumbar dan peserta seminar Jalur Rempah. (**)