SUMBAR, - Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Sumatera Barat (Sumbar) Supardi menjadi narasumber penguatan nilai kepahlanan di Payakumbuh. Dia menekankan bahwa PRRI bukanlah pemberontakan dan orang Minang tidak ada kultur pemberontak.
Dalam penyampaiannya Supardi menyakan berbagai hal terkait tentang kepahlawanan pada peserta yang didominasi oleh pelajar SMA di Payakumbuh. Siapa perumus Pancasila, apa itu Badan Penyidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI), Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), PDRI, PRRI dan sebagainya.
Namun dari sekian banyak pertanyaan kelihatan peserta tidak mau menjawab. Adapun yang menjawab terlihat takut-takut.
Baca juga:
Tony Rosyid: Gurihnya Dana Bansos
|
"Bagaimana menguatkan nilai-nilai itu, jika sejarah tidak dipahami. Dahulu pendidikan Sumbar dijadikan kiblat untuk provinsi lain. Banyak yang datang belajar ke Sumbar. Hari ini hanya tinggal sejarah, " ungkapnya, Senin (30/5/2022).
Prestasi Sumbar saat ini sangat jauh kalah dibanding dahulunya. Rata nilai siswa di Sumbar rendah. Anak-anak sibuk dengan HP-nya, lebih manja tangannya dengan game karena pandemi dari pada materi pembelajaran.
Supardi kembali bertanya pada siswa terkait nama pahlawan asal Sumbar sebelum kemerdekaan. Beberapa menyebutkan seperti Tuanku Imam Bonjol, Agus Salim.
Dia lebih lanjut menjelaskan, banyak sekali pahlawan dari Sumbar dan umumnya adalah ulama. Seperti Syeikh Ahmad Kahtib Alminangkabawi, Syeikh Sulaiman Arrasuli di Canduang, Syeikh Abas di Padang Japang, mereka berjuang dengan belajar. Tak hanya ulama juga pemimpin. Diajak apapun berdiskusi mereka paham.
Kemudian sederet pahlawan seperti Agus Salim, Sutan syahrir, Muhammad Hatta, Muhammad Nattsir, Tan Malaka, Chairil Anwar.
"Sumbar ini pelopor kemerdekaan RI. Mereka bermain di papan atas, M Natsir ulama besar bekas ketua umum partai Masyumi, juga perdana mentri. Kalau tidak ada M Natsir tidak ada NKRI, "ujarnya.
M Natsir mencetuskan dengan idenya yang terkenal mosi integral, publik yang terpecah belah dengan serikat kembali bersatu dengan NKRI.
"Jika ada yang bilang Sumbar anti NKRI, bodoh itu. Yang mencintai budaya, perbedaan suku adalah Sumbar, " jelasnya.
Di Sumbar ada Kampung Cino, Kampung Nias, Kampung Jawa di Tanjung Pati, masing masing suku yang masuk ke Sumbar mereka bikin kampung.
Berbeda dengan Orang Minang terkenal dengan tradisi merantau. Di manapun provinsi di Indonesia pasti ada orang Sumbar. Pernah tidak di tempat mereka ada kampung Minang?
"Minang tidak nepotisme, tidak primordial, orang Sumbar orang yang cerdas, berpikiran maju dibanding provinsi lain, " ujarnya.
Dalam kesempatan itu, Supardi juga mempertanyakan tentang PDRI (Pemerintah Darurat Republik Indonesia) dan PRRI (Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia).
Salah seorang siswa menyebutkan bahwa PRRI adalah pemberontakan. Mendengar itu Supardi langsung menjelaskan bahwa PRRI bukan pemberontakan.
"Orang Minang tak ada kultur pemberontak. PRRI itu koreksi total kebijakan pemerintah yang keluar dari konstitusi. PRRI bukan pemberontakan yang ingin mendirikan negara sendiri, " jelasnya.
Supardi menyebutkan, jika saja PRRI itu merupakan pemberontakan, maka semua komponen yang terlibat akan dimasukkan dalam kategori garis hitam, namun tidak untuk PRRI.
Ia menegaskan kalau masyarakat Sumatera Barat bukan pembangkang, melainkan cerdas dalam menyikapi keadaan. Masyarakat Sumatera Barat sangat nasionalis dan bisa menerima perbedaan, serta sangat toleran.
"Tanggung jawab kita besar, kita ingin NKRI ini maju, kita ingin Sumbar disegani oleh provinsi lain. Bangga kita jadi putra putri Minangkabau. Kalau ada pertarungan intelektual ada orang minang yang juara itu kebanggaan bagi kita, " imbuhnya.
Bahkan demi mewujudkan hal itu, pemerintah mencoba anggarkan pelatihan IT untuk guru di Payakumbuh. Agar tidak gaptek. Program itu diharapkan Sumbar kembali eksis dan Payakumbuh menjadi pelopor. (*)