Yulizal Yunus
Yulizal Yunus
  • Mar 31, 2021
  • 3889

Gubernur Sumbar Rencanakan Daerah Tujuan Wisata Budaya Kesultanan Inderapura

PADANG - Menarik keinginan Gubernur Sumatra Barat (Sumbar) Mahyeldi Ansharullah, SP Dt. Marajo dalam kerangka pembangunan daerah, merencanakan Kesultanan Inderapura menjadi Daerah Tujuan Wisata (DTW) Budaya.

Gubernur mengapresiasi daerah ini sebagai berpotensi besar yang tak kalah menariknya dengan Mandeh Resort sebagai zona utama pengembangan pariwisata pantai di Pesisir Selatan yang telah masuk RIPPNAS sejak 1998 bersamaan dengan Bunaken dan Biak.

Lebih jauh Gubernur ingin membangun kerjasama dengan beberapa Negara tetangga seperti dengan Brunei Darussalam, Malaysia, Thailand dan Negara Asean lainnya , untuk mengembangkan Kesultanan Inderapura ini.

Keinginan Gubernur merencanakan pengembangan Kesultanan Inderapura itu disampaikan sakaligus merespon laporan Wakil Bupati Pesisir Selatan Rudi Hariansyah dalam Rapat Koordinasi Pemerintah Daerah di antaranya tentang Inderapura. Rakor Daerah itu adalah dalam rangka membahas Sinkronisasi Program Kegiatan Pembangunan Provinsi Sumatera Barat dengan Kabupaten/ Kota se-Sumbar tahun 2022 periode 2021-2026 di Auditorium Gubernuran, pada Selasa, 9 Maret 2021.

Keinginan Gubernur merencanakan pengembangan Kesultanan Inderapura sebagai Kawasan Wisata Budaya itu, menjadi viral di Mass Media dan Medsos. Di antaranya menarik publikasi https://langgam.id/ 10 Maret 2021 ditulis wartawan Rahmadi/yki, di bawah topik

“Gubernur akan Kembangkan Kesultanan Inderapura Pesisir Selatan sebagai Wisata Budaya”.

Beberapa alasan perencanaan pengembangan Kesultan Inderapura di sampaikan Gubernur. Di antaranya merespon fakta sejarah besar Kesultanan Inderapura yang masih memiliki dan menyimpan wacana historis baik text, talk, act dan artefak puing-puing peninggalan dan benda sejarah Kesultanan Indrapura.

Lebih jauh disebut Gubernur fakta sejarah, bahwa  dahulu  Kesultanan Inderapura memiliki hubungan sejarah kekerabatan yang erat dengan Kerajaan-kerajaan di Asia Tenggara seperti Kerajaan di Malaysia, di Thailand Selatan dan Kesultanan Brunei Darusalam dan Negara Asean lainnya.

Fakta sejarah itu  adalah bagian potensi besar sebagai alasan untuk merencanakan pembangunan Iderapura ini sebagai kawasan wisata budaya. 

Rencana Gubernur itu menggembirakan hati masyarakat Pesisir Selatan, lebih khusus masyarakat hukum adat di Inderapura.

Makanya keluarga besar pewaris Kesultanan Inderapura dipimpin Sultan Rusdal F. Sultan Inayatsyah Daulat Yang DiPertuan Inderapura dan Sultan Inderapura Youdhi Prayogo menyatakan kegembiraannya dan ingin bersilaturrahmi dengan Gubernur Sumatera Barat dalam menyamakan visi dan persepsi dalam membantu Gubernur merencanakan pengembangan Kesultanan Inderapura itu.

Menarik Partisipasi, Membantu Gubernur
Mengapresiasi rencana Gubernur mengembangkan Kesultanan Inderapura, menarik partisipasi, baik membangu Gubernur, maupun membantu Kesultanan Inderapura mematangkan kesaipan memembentangkan jalan memuluskan proses rencana Gubernur yang menggembirakan itu.

Di antaranya Ketua Umum Badan Koordinasi Bakor Kerapatan Adat Nagari Sumatera Barat Yuzirwan Rasyid Dt. PGP Gajah Tongga dan Ketua  Konsultasi dan Advokasi Adat Zaitul Ikhlas Saad Rajo Intan sebelum bersilaturrahmi dengan Gubernur 21 Maret lalu dan merespon rencana Gubernur yang viral itu, menyatakan siap membantu baik Gubernur maupun Kesultanan Inderapura memberikan konsultasi kearah pengembangan kawasan budaya dan sejarah di daerah pantai barat Sumatera itu. 

Saya sendiri yang sudah sejak 1990-han menulis tentang Inderapura, merasa bangga dengan rencana Gubernur merencanakan pengembangan Kesultanan Indrapura sebagai kawasan wisata budaya itu.

Ketika saya bersama Bakor-KAN bersilaturrahmi dengan Gubernur, saya menyebutkan, bahwa modal pertama kesatuan dan persatuan di kalangan masyarakat terutama di kalangan 4 paruik dan keluarga besar pewaris Kesultanan sudah cukup baik. Gubernur bangga dengan berucap “alhamdulillah” katanya memuji Allah dan optimis.

Seraya saya menyerahkan buku Kesultanan Inderapura yang saya tulis bersama tim tahun 1999 untuk memperkuat informasi untuk Gubernur dalam merencanakan pengembangan Kesultantentang Inderapura sebagai kawasan wisata budaya. 

Sultan Inderapura Yaodhi Prayogo beserta Pucuk Adatnya Sutan Rusdal F. Sultan Inayatsyah Daulat Yang DiPertuan Inderapura juga menyebut situasi keluarga dalam sambungan seluler dan call on line belum lama ini pun menyatakan gembiran dan siap berpatisipasi membantu Gubernur hendak mempasilitasi merencanakan pengembangan Kesultanan Inderapura, sebut Zalfitrin, satu dari pihak keluarga.

Pun dari berbagai pihak, muncul berbagai harapan dan sumbang saran pemikiran di samping mengajak para pihak (stakeholders) mendukung rencana Gubernur merencanakan pengembangan Kesultanan Iderapura sebagai DTW Budaya itu.

Di antaranya Novi dan Riza fungsional/ ahli perpustakaan dengan asosiasinya, kepada penulis bersamaan kepada salah seorang keluarga Indrerapura Zalfitrin, menyatakan hasrat dan keinginannya mau menyediakan tenaga dan pemikiran membantu Kesultanan Inderapura membina dan mengembangkan museum dan manajemennya, khusus mempotensikan peninggalan sejarah daerah itu dalam kerangka mendukung rencana Gubernur mengembangkan Kesultanan Inderapura.

Artinya, justru banyak pihak ingin berpartisipasi dalam pengembangan Inderapura seiiring dengan gagasan Gubernur itu. Banyak pemikiran menarik, yang dari perspektif mekanisme matrik stakeholders, memberikan pemikiran alternatif kesertaan para pihak aktor pembangunan itu untuk mengembangkan partisipasi aktif mereka.

Terutama di Pesisir Selatan, khusus di Inderapura dalam upaya membantu Gubernur itu dapat membentangkan jalan memuluskan proses survey dan  perencanaan pembangunan daerah teruntuk pengembangan Kesultanan Inderapura.

Pihak Pemerintahan Daerah Kabupaten Pesisir Selatan tentulah berada di garda terdepan didukung Masyarakat Hukum Adat di Inderapura itu sendiri sekaligus sharing rencana pengembangan, tata ruang, dan rencana pasilitasi “pengorganisasian resort” sharing daerah (kabupaten - provinsi) dan pemerintah (pusat) dalam pengembangan Kesultanan Inderapura menjadi Resort Pariwisasi Sejarah dan Budaya.

Pengorganiasian kawasan ini penting dalam memenej pengembangan kawasan, sejalan dengan apa yang direncanakan dan pelaksanaan pengembangan kawasan itu. 

Sejarah Pengembangan Wisata Tahun 1998 dari Mandeh Resort ke Inderapura
Perhatian Pemda cukup besar sejak lama terhadap Kesultanan Inderapura dan kembali dimunculkan oleh Wakil Bupati Pesisir Selatan Rudi Hariansyah dalam Rakor Daerah dalam rangka membahas Sinkronisasi Program Kegiatan

Pembangunan Provinsi Sumatera Barat disebut tadi. Gubernur merenspon dengan menggagas hendak merencanakan pengembangan Kesultanan Inderapura itu secara khusus. 

Secara historis, pernah awalnya direncanakan pengembangan pariwisata berangkat dari zona utama Mandeh Resort termasuk Kesultanan Inderapura dan Mandeh Rubiyah. Konkritnya Masa Bupati Darizal Basir, sudah mengarahkan perhatian pengembangan Kesultanan Indrapura sebagai kawasan sejarah besar di daerah ini, meskipun menjadi zona pendukung kawasan utama Mandeh Resort.

Disusul beberapa gerakan dan pasilitasi Pemerintahan Daerah Kabupaten Pesisir Selatan awal tahun 1998 itu sampai tahun 2000-an. Pertama dimulai dengan merumuskan strategi pelaksanaan tiga aspek pembangunan yakni: ekonomi, budaya dan agama.

Perumusan pemikiran untuk masih-masing aspek itu yang dioperasionalkan dalam pengembangan 5 kawasan unggulan daerah oleh SKPD didampingi tim ahli. Bidang Ekonomi Yuzirwan Rasyid Dt. PGP Gajah Tongga, Bidang Budaya Yulizal Yunus Dt. Rajo Bagindo dan Bidang Agama Zaitul Ikhlas Rajo Intan. 

Kedua menetapkan Rencana Induk 5 Kawasan Pengembangan Pesisir Selatan tahun 2001-2010 yang di dalamnya termasuk pengembangan Kawasan di Inderapura. Rencana Induk 5 Kawasan itu dihimpun dalam satu buku besar “Master/ Action Plan Pembangunan Kabupaten Pesisir Selatan, 2001-2010”.

Master/ Action Plan yang memuat 5 kawasan itu disusun yang oleh Bupati Darizal Basir melibatkan berbagai para pihak aktor pembangunan dan SKPD serta didampingi tim ahli temsuk penulis sendiri. Pengerjaan secara operasional dibantu seorang pejabat muda yang cerdas dari BAPPEDA ialah Reva Mansarin di samping Ketua BAPPEDA Pesisir Selatan ketika itu ialah Alrisman Agoes.

Rencana Induk 5 Kawasan Pengembangan Pesisir Selatan yang diikuti tata ruangnya itu adalah: 
1. Kawasan Pengembangan I diarahkan kepada sector andalannya pengembangan pariwisata agro-turism dan wisata pedesaan yang bernuansa Islami dengan Budaya Minangkabau bermuara pada peningkatan ekonomi daerah.

Kawasannya adalah: zona utama Mandeh Resort dengan zona pendukung: di Bayang Titian/ Jembatan Aka dan Welkun Bayang Sani, di IV Jurai, Pantai Carocok Painan, Bukti Langkisau dan Pemandian Timbulun Painan. Di Batangkapas: Pasir Putiah Taluak Kasai, Pantai Tan Sri Dano Taluak dan Nyiur Melambai sepadan dengan nagari Taratak. Di Sutra, Pantai Cermin.

Di Kambang, Pasir Putiah. Di Ranah Pesisir, Pantai Sumedang. Di Linggo Sari Baganti, Pantai Muaro Gadang. Di Pancuang Soal, Pasir Gantiang Inderapura, Bekas Pelabuhan Samuderapura dan Kesultanan Inderapura.

Di Lunang Silaut Rumah Gadang Mandeh Rubiah. Penulis sendiri menulis dan meluncurkan buku Geowisata Mandeh Resort tahun 2000-an dipasilitasi Bupati.


2. Kawasan Pembengembangan II sektor andalannya adalah perkebunan Besar Sawit dengan pola kemitraan (PIR-Plasma) atas dasar saling menguntungkan dengan rakyat, investor dan pemerintahan daerah.  Ketika itu lokasi pengembangan di zona utama tersedia lahan seluas 80.000 Ha yakni di lokasi Lunang Silaut, Basa IV Balai Tapan dan Inderapura.

Lokasi zona kawasan penyangga tersedia lahan 40.000 Ha berlokasi di Linggo Sari Baganti, Ranah Pesisir, Lengayang dan Sutra. Hanya saja kawasan ini dikenal dalam sejarah penghasil lada, komoditi itu belum disebut.

3. Kawasan Pengembangan III diarah ke sektor pertanian rakyat meliputi pertanian tanaman pangan dan holtikultura berbasis di setiap kecamatan. Pertanian meliputi padi sawah, padi ladang, mengembangkan kembali mangga tarusan, durian, pisang, salak, rambutan, manggis, jeruk, markisa, jagung, talas, malinjo, kedele, kacang tanah, tanaman hias dll.

4. Kawasan Pengembangan IV diarahkan ke sektor adalan perikanan kelautan. Kawasan dan lokasinya pada zona utama/ pusat yakni: (a) Pusat lokasi Carocok Tarusan, (b) Pusat lokasi Carocok Painan, (c) Pusat lokasi Muaro Surantih, dan (d) Pusat lokasi Muaro Gadang Air Haji.

5. Kawasan Pengembangan V diarah ke sektor andalan perdagangan dan industri rumah tangga. Strategi lokasinya: (a) lokasi perdagangan dengan pusat primer adalah pasar Painan - Salido, (b) sekat-sekat perdagangan di utara dan selatan yang merupakan segi tiga emas strategi perdagangan: utara dengan sekat Pasar Baru yang merupakan segi tiga dan persimpangan menuju Padang dan Solok. Selatan dengan sekat Pasar Tapan yang merupakan segi tiga emas persimpangan menuju Sungai Penuh dan Bengkulu. (c) menciptakan kawasan penyangga berupa berupa penyediaan kawasan pemasaran dan jasa, yakni pusat perdagangan pada pasar-pasar kecamatan dan pasar-pasar nagari.

Ketiga, Pemdakab seiring pelaksanaan rencana kawasan tadi, sudah memulai membangun replika Istana kesultanan Inderapura, namun sayang gagal pelaksanaan pasilitasi anggaran daerah untuk itu, dikarenakan kondisi internal masyarakat tidak kondusif termasuk kondisioning keluarga pewaris kesultanan.
Keempat, Pemda telah berupaya menghubungkan kekerabatan Inderapura dengan Brunei Darussalam, yang pelaksanaannya masa Darizal Basir dan saya mendampinginya ketika itu, pernah bersilaturrahmi dengan Kedubes Brunei Darussalam di Jakarta.

Kunjungan silaturrahmi ke Duta Besar Negara Sahabat itu, berbekal sebuah paper sejarah singkat tentang hubungan Kesultanan Inderapura yang menyebutkan berkerabat asal usul dengan Burnei Darussalam.

Ketika itu sekaligus mengutarakan hasrat hendak mengundang raja Brunei Darussalam ke Sumatera Barat dalam memeriahkan Porda Sumatera Barat yang ketika itu dilaksanakan di Pesisir Selatan.

Banyak fakta menyebut Kesultanan Inderapura melahirkan banyak raja dan orang besar di Nusantra di samping hubungan kerabat dengan Burnei, termasuk disebut-sebut sejak tahun 1990-han menyebut Megawati Soekarno Putri berasal dari perut ibu Kesultanan Inderapura.

Isu ini saya sebut baru berani mencantumkan pada catatan kaki buku saya “Kesultanan Inderapura”, seperti juga mencantumkan nama STA asal dari Kesultanan Inderapura yang turun ke Keajaan Lingga Bayu, bersumber dari Buku “Natal Tanah Nan Datar” yang ditulis oleh adik perempuan STA (Sutan Takdir Alisyahbana).

Masyarakat harap, Pengembangan Inderapura dari rencana Gubernur Mahyeldi Ansharullah hendak merencanakan pengembangan Kesultanan Inderapura menjadi kawasan wisata budaya dikaitkan dengan pengalaman keinginan mengembangkan Kesultan Inderapura, maka diharapkan masyarakat mengembangkan partisipasi aktif membantu Gubernur Sumatera dan Buati Pesisir Selatan dalam proses perencanaan serta strategi pelaksanaannya nanti. Setidaknya partisipasi masyarakat itu diharapkan:

Pertama, mengembangkan dan memelihara persatuan dan kesatuan masyarakat hukum adat sebagai modal utama, baik di kalangan keluarga pewaris Kesultanan Inderapura maupun masyarakat hukum adat Inderapura secara umum, untuk menjemput pengalaman kejayaan sejarah yang pernah diraih kegemilangan itu abad ke-15 sampai abad ke-17.

Kedua, memelihara dan mencermati nilai peninggalan sejarah termasuk makam raja-raja/ sultan serta nilai lahan ulayat yang dulu dikandano kesultanan. 

Ketiga, menghimpun, memelihara dan menelaah naskah klasik dan manuskrip teramsuk surat raja dalam hubungan diplomatik dan surat menyangkut lahan ulayat kerajaan dan atau wacana text manuskrip, talk rajo/sultan/ penghulu nan-20, act pertunjukan dan kesenian rakyat dan artefak puing-puing istana dan peninggalan lama kesultanan lainnya yang bercerita tentang kebesaran Kesultanan Inderapura, gunanya untuk menggali nilai sebagai bahan pengambilan kebijakan Pemdaprov dan Kabupaten serta Nagari Barajo sebagai model desa adat dalam pelaksanaan nilai-nilai adat di Indonesia, sekaligus spirit sejarah dalam merencanakan pembangunan daerah menjadikan Kesultanan Inderapura sebagai DTW Budaya yang eksotik. 
Khusus pemeliharaan dan merawat wacana text wujud naskah Manuskrip Inderapura (MIP) dan surat-surat yang penulis temukan, sudah pernah dibantu oleh dua Professor dari salah satu Universita di Jepang didampingi oleh Fakultas Ilmu Budaya yang ketika itu dikawal tim Yusuf dan Parmono dan saya sendiri turut menunjukkan naskah yang akan dirawat dan didigitalisasi itu.

Dua Professor dari Jepang itu telah merawat manuskrip Inderapura secara gratis biaya Jepang dengan memakai teknologi uraichi, yang memberi kekuatan lagi kepada nasakah klasik Inderapura yang sudah “tua renyai” itu dan disebutnya naskah itu bisa bertahan 200 tahun lagi.  

Keempat, penguatan kelembagaan kesultanan yang rajanya dahulu mempunyai struktur raja sebagai pucuk adat, dibantu Mangku Bhumi sebagai perdana menteri kerajaan yang mengkoordinasikan menteri kerajaan nan-20 yakni ninik mamak nan-20 yang dipatri dengan janji sumpah satia (dalam situasi apapun eksistensinya) serta perangkat adat di bawahnya yang diisi urang nan-4 jinih dan jinih nan-4.

Struktur para perangkat khusus kesultanan di istana dan sentra kaum raja di Kampung Dalam  Inderapura sendiri, dikoordinasikan Mangku Rajo. Sekaligus kembali mengatur hubungan limbago adat rajo itu dengan organisasi adat KAN yang mengemban amanat sejarah yang dilegalisasi berdirinya secara formal dengan Perdaprov No. 13 Tahun 1983 dahulu, yakni memfasilitasi penguatan Limbago Adat Rajo/ Sultan sebagai Pucuak Adat yang dibantu Menteri nan-20 itu.

Singkatnya, seiring dengan rencana Gubernur mengembangkan Kesultanan Inderapura itu, kita (Pemkab Pesisir Selatan, Masyarakat dan Pewaris Kesultanan), berikan partisipasi aktif melalui salurannya yang benar.

Artinya kita bersama, membentangkan jalan membantu proses perencanaan pengembangan Kesultanan Inderapura oleh Gubernur  dan memberi perspektif cemerlang pelaksanaannya ke depan. (Yulizal Yunus)

Penulis :
Bagikan :

Berita terkait

MENU